Menu

Mode Gelap
 

Pendidikan · 20 Agu 2023 11:00 WIB ·

Menanti Kematian Ormawa


 Ilustrasi Menanti Kematian Ormawa. Foto: Shutterstock Perbesar

Ilustrasi Menanti Kematian Ormawa. Foto: Shutterstock

Organisasi kemahasiswaan atau biasa disingkat ormawa merujuk pada pelbagai jenis organisasi yang didirikan oleh mahasiswa di lingkungan kampus. Ormawa bisa memiliki beragam tujuan, seperti kegiatan sosial, budaya, olahraga, akademik, advokasi, dan sebagainya.

Ormawa memiliki peran penting sebagai wadah pengembangan kapasitas kemahasiswaan. Di dalamnya, mahasiswa bisa mengeksplorasi minat, bakat, dan keterampilan di pelbagai bidang, seperti sosial, budaya, akademik, dan olahraga. Ormawa juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan sikap proaktif, berani mengambil inisiatif, dan menghadapi tantangan.

Dengan demikian, ormawa tidak hanya sekadar kelompok aktivitas kampus, tetapi juga menjadi arena yang mana mahasiswa bisa mengasah potensi dan kualitas diri, membantu mereka mencapai keberhasilan di dunia akademik dan profesional. Ormawa bisa membantu soft skill yang dibutuhkan pada saat ini dan yang akan datang.

Keterlibatan dalam ormawa juga membantu mahasiswa memahami isu-isu sosial dan global dengan sudut pandang yang lebih luas, mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dalam merespons perubahan dan membangun masa depan yang lebih baik. Ormawa bukan hanya menjadi kelompok aktivitas di kampus semata, melainkan juga menjadi arena tempat mahasiswa mengasah potensi dan kualitas diri yang akan membantu mereka meraih kesuksesan di dunia akademik dan profesional.

Aktivisme mahasiswa

Di kampus-kampus, ormawa sering kali dikaitkan dengan aktivisme mahasiswa karena memiliki potensi untuk menjadi wadah ekspresi politik bagi mahasiswa. Aktivisme politik dalam ormawa bisa mengambil pelbagai bentuk, seperti kampanye advokasi, diskusi politik, aksi demonstrasi, dan partisipasi dalam isu-isu sosial yang berkaitan dengan kebijakan publik. Mahasiswa yang terlibat dalam ormawa sering melihatnya sebagai platform untuk menyuarakan pandangan mereka tentang isu-isu politik dan sosial yang relevan dengan masyarakat. Aktivisme mahasiswa Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarahnya.

Mahasiswa di Indonesia sudah terlibat dalam aktivisme sepanjang sejarahnya, dari masa sebelum Indonesia merdeka hingga saat ini. Pada masa penjajahan, gerakan mahasiswa dimulai oleh sejumlah kelompok generasi muda yang belajar di STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen), dan mahasiswa Indonesia yang mengejar pendidikan di Belanda dan mendirikan PI (Perhimpunan Indonesia). Tujuan dari perkumpulan ini adalah untuk menginspirasi kesadaran di kalangan mahasiswa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan membebaskannya dari penjajahan Belanda (Poesponegoro dan Notosusanto, 1984).

Aktivisme mahasiswa juga bisa berfungsi sebagai mekanisme untuk memperjuangkan perubahan dan reformasi dalam pelbagai bidang, baik di tingkat kampus maupun masyarakat luas. Namun, penting untuk diingat juga bahwa ormawa tidak hanya terbatas pada aktivisme politik, mereka juga bisa fokus pada pengembangan akademik, budaya, olahraga, dan aspek lainnya yang berkontribusi pada pertumbuhan holistik mahasiswa.

Pandemi Covid-19 salah satu biang keladinya

Akan tetapi, eksistensi ormawa di kampus-kampus tampaknya sudah mulai meredup. Pandemi Covid-19 menjadi salah satu biang keladi “mati surinya” eksistensi ormawa. Kegiatan perkumpulan yang sebelumnya begitu bersemangat terpaksa terhenti atau dialihkan secara daring. Interaksi tatap muka yang melibatkan kolaborasi, diskusi, dan kegiatan sosial menjadi terbatas, menghambat dinamika kehidupan ormawa.

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan kampus sepi dari kegiatan pergerakan. Diskusi, perdebatan, dan aksi yang memantik kesadaran berorganisasi bagi mahasiswa nyaris tak lagi ditemukan. Selama pandemi, kesempatan mahasiswa untuk berkumpul sangat terbatas karena pembatasan sosial, ditambah sistem daring yang membuat para mahasiswa tidak bisa bertemu tatap muka dan berinteraksi secara langsung (Alfath Bagus, 2023).

Pandemi ini telah meruntuhkan aktivitas secara langsung ormawa yang selama ini ada. Mereka mesti beradaptasi dengan situasi ini, dan tak jarang ada ormawa yang tumbang. Banyak faktor yang memengaruhi kesulitan yang dihadapi ormawa selama pandemi ini.

Faktor-faktor teknis, seperti aksesibilitas teknologi, keterampilan digital, dan infrastruktur komunikasi menjadi pertimbangan penting dalam beradaptasi daring luring menjadi daring. Selain itu, beberapa aktivitas yang sebelumnya bergantung pada kehadiran fisik mungkin sulit untuk diubah secara digital. Hal ini tentu mengurangi daya tarik bagi anggota dan menghambat pertumbuhan ormawa, serta mengurangi motivasi mahasiswa untuk aktif di ormawa.

Bersaing dengan program MBKM

Hal tersebut tentu memiliki dampak yang signifikan terhadap eksistensi dan dinamika ormawa, sehingga berpengaruh pada motivasi anggota ormawa pun bisa mengalami penurunan. Selain pandemi Covid-19, salah satu faktor yang juga memudarkan eksistensi ormawa adalah program pemerintah bernama Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

MBKM merupakan suatu konsep inovatif yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), yang diperkenalkan sebagai bagian dari kebijakan untuk mengubah struktur pendidikan tinggi di Indonesia dengan tujuan menghasilkan lulusan yang lebih sesuai dengan kebutuhan saat ini (Kemendikbudristek, 2022).

Benefit yang ditawarkan terkadang pun menjadi salah satu alasan mahasiswa lebih memilih program MBKM ketimbang ormawa, salah satunya adalah mendapatkan uang saku. Biasanya, mahasiswa yang tergabung ke dalam ormawa justru malah mengeluarkan lebih banyak tenaga dan uang.

Sebetulnya, program MBKM dan ormawa menjadi prioritas masing-masing individu, entah yang ingin mengikuti program MBKM dengan segala benefitnya entah yang ingin berdinamika dengan bergabung ke dalam ormawa. Keputusan untuk bergabung dengan MBKM atau ormawa bergantung pada preferensi pribadi. Beberapa orang bahkan mungkin memilih terlibat dalam keduanya—meskipun mengorbankan waktu dan energi lebih banyak.

Menangani keduanya sekaligus menguji keterampilan manajemen waktu. Penting diakui bahwa MBKM dan ormawa punya segmen dan tujuan yang berbeda. MBKM berfokus pada pengembangan akademik dan profesional umum, ormawa menawarkan lingkungan spesifik sesuai minat dan tujuan. Keputusan mengikuti keduanya tergantung pada tujuan pribadi mahasiswa. Akan tetapi, banyak juga dari mahasiswa yang lebih mengesampingkan ormawa karena sudah tidak relevan.

Perlu adanya upaya pembenahan

Realitas menunjukkan bahwa pada era sekarang, mahasiswa banyak yang lebih memilih internship atau magang, MBKM, dan sebagainya, ketimbang gabung ke dalam ormawa. Banyak dari mahasiswa yang memandang bahwa di ormawa masih ada nepotisme, kegiatannya tidak efektif dan efisien, sistem kerjanya buruk, serta boros uang.

Tak jarang, banyak juga mahasiswa yang menganggap bahwa ormawa hanya sebatas penyelenggara acara (EO). Banyak program kerja yang dirancang oleh ormawa bertujuan untuk menyelenggarakan acara di kampus. Peran dan tujuan inti ormawa tampak tergeser, menciptakan dilema tentang identitas dan peran mereka dalam lingkungan kampus. Hal ini mengakibatkan perluasan peran ormawa ke arah yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan tujuan intinya.

Adanya “permainan” politik kampus juga kerap menghiasai tubuh ormawa. Hal ini yang membuat banyak mahasiswa yang jenuh dengan ormawa yang penuh kepentingan-kepentingan politis. Akhirnya mahasiswa menjadi apatis dengan ormawa.

Tentu, hal ini membuat ormawa diambang “kematian”. Eksistensinya yang dulu kerap digandrungi oleh para mahasiswa, kini menghadapi banyak cobaan. Tidak berlebihan jika menyatakan bahwa saat ini kondisi ormawa-ormawa di perguruan tinggi di Indonesia sedang dalam kondisi kritis, hampir mati.

Maka dari itu, perlu adanya upaya untuk mencegah dan menanggulangi hal ini. Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah dan mengatasi masalah ini. Melakukan pemetaan dan evaluasi menyeluruh terhadap faktor-faktor yang berkontribusi pada penurunan minat serta menurunnya vitalitas dalam ormawa. Langkah ini bertujuan untuk memahami apakah permasalahan ini muncul akibat perubahan kebutuhan mahasiswa, pergeseran tren, atau akibat kendala internal di dalam organisasi itu sendiri.

Selanjutnya, diperlukan kreativitas dalam merancang program dan kegiatan yang menarik, relevan, dan sesuai dengan minat serta kebutuhan mahasiswa saat ini. Selaras dengan itu, dilakukan pula pertimbangan untuk memperluas cakupan fokus kegiatan agar tetap sesuai dengan perkembangan dan tren yang berlangsung.

Penyertaan aktif anggota ormawa dalam perencanaan dan pengambilan keputusan menjadi langkah selanjutnya, dengan tujuan mendorong motivasi anggota untuk berpartisipasi lebih aktif karena merasa memiliki peran penting dalam ormawa. Untuk menjaga keterhubungan dengan mahasiswa, penting dilakukan komunikasi yang efektif dan strategis untuk mempromosikan pelbagai kegiatan ormawa.

Konten menarik di pelbagai platform, baik online maupun offline, seperti media sosial, poster, dan selebaran, bisa membantu memperkenalkan ormawa kepada lebih banyak orang. Lalu, dilakukan peningkatan keterampilan anggota melalui pelatihan dan pengembangan diri, yang tidak hanya akan memajukan anggota individu, tetapi juga menambah daya tarik ormawa bagi mereka yang ingin belajar dan tumbuh bersama.

Mengenai aspek internal, evaluasi terhadap struktur organisasi dan proses internal menjadi penting. Memastikan transparansi pengambilan keputusan, memiliki kepemimpinan yang kuat, serta melibatkan anggota secara aktif bisa menghidupkan kembali ormawa. Dengan memanfaatkan teknologi juga bisa membantu, dengan memfasilitasi pertemuan virtual, pelatihan online, serta menyelenggarakan acara digital yang menarik. Memberikan penghargaan dan apresiasi kepada anggota atas kontribusi mereka juga penting untuk meningkatkan semangat dan motivasi.

Artikel ini telah dibaca 68 kali